Analisis Terhadap Praktek Kepemimpinan di Gereja Toraja Jem. Wonosari Klasis Kalaena
ANALISIS TERHADAP PRAKTEK
KEPEMIMPINAN DI
GEREJA TORAJA JEMAAT WONOSARI,
KLASIS KALAENA
Segala segi kedupan seseorang tidak terlepas dari proses
kepemimpinan, baik itu memimpin, maupun dipimpin. Terutama dalam bidang persekutuan
dalam bidang jemaat di sebuah gereja. Keberhasilan sebuah jemaat melaksanakan
dan mencapai tugasnya, sangat ditentukan dari keberhasilan pemimpin jemaatnya
(ketua majelis dan majelis-majelis) dalam membina dan mempengaruhi anggotanya
agar ikut berparsitipasi dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan, supaya juga
membangun dari segi kerohaniannya.
Dijemaat penulis berjemaat, tepatnya di Gereja Toraja
Jemaat Wonosari Klasis Kalaena, terdapat delapan orang majelis yang dipimpin
oleh seorang ketua majelis perempuan. Sudah lebih dari dari 2 periode ketua majelis
tersebut menjabat sebagai ketua BPM, beserta hampir semua majelis yang ada. Anggota
muda yang ada di jemaat tesebut enggan memberi diri untuk menjadi
gembala-gembala di jemaat tersebut. Kurangnya pengkaderan majelis serta
latihan, menjadi penyebab utama kurang berminantnya kaum muda menjadi salahsatu
pemimpin dalam jemaat tersebut. Sebenarnya banyak orang yang berpotensi menjadi
majelis di jemaat tersebut, namun kurangnya perhatian majelis gereja terhadap
pengkaderan menjadi kendala kepemimpinan di jemaat tersebut.
Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang yang bisa
menciptakan kader yang lebih hebat daripadanya. Jadi pada dasarnya, organisasi
yang sehat adalah organisasi yang semakin meningkat dari sebelumnya. Kemajuan
suatu organisasi ditentukan oleh pemimpin yang memimpinnya, tak terkecuali
organisasi gereja. Bagaimanau mngkin suatu organisasi bisa semakin berkembang
jika tidak memersiapkan kader yang akan memimpin organisasi atau jemaat itu di
masa yang akan datang. Sekalipun jika pemimpin tersebut adalah pemimpin yang
hebat serta berhikmat jika tidak mempersiapkan kadernya, maka perkembangan
jemaat tersebut akan berhenti pada saat pemimpin tersebut tidak lagi memimpin.
Menjadi pemimpin
yang berhasil tidak hanya menjadi pemimpin yang bisa mempengaruhi anggotanya
dalam melaksanakan tugas-tugas mereka sehingga tujuan dapat tercapai, melainkan
bisa mempertahankan organisasi tersebut dengan cara mempersiapkan kader-kader
pemimpinnya. Sudah semestinya jemaat sadar akan pentinggnya pengkaderan. Tidak
hanya pemimpin yang harus memiliki kesadaran akan pentingnya pengkaderan, namun
semua anggota, terutama anggota yang berpotensi menjadi pemimpin. Di sinilah
peran pemimpin harus dinampakkan; bagaimana pemimpin bisa mempengaruhi
orang-orang yang siap kader untuk menjadi pemimpin yang selanjutnya.
Dalam permainan
catur pun juga mengandung makna dan nilai kepemimpinan tentang pengkaderan.
Mentri dan jajaran-jajarannya harus membuka jalan bagi pion yang berpotensi,
untuk maju sampai ke baris terdepan sehingga juga bisa menjadi mentri atau yang
lainnya (kuda, benteng dan peluncur).
Sudah saatnya pemimpin dalam jemaat belajar dari catur. Sudah saatnya pula
pemimpin yang sudah terlalu lama memimpin dalam jemaat, memberikan kesempatan
bagi anggotanya yang mampu untuk mengambil peran mereka. Pengkaderan harus
dimulai dengan pembibingan serta pelatihan-pelatihan kepeminpinan, karena
sebelum menjadi pemimpin mereka juga harus memiliki bekal serta beberapa
pengetahuan yang dibutuhkan sebelum menjadi pemimpin. Oleh sebab itu, gereja
mestinya memberikan perhatian penuh bagi anggota-anggota mudanya, karena mereka
yang akan menjadi penerus dari gereja tersebut. Tidak hanya itu, peran pemuda
juga sangat dibutuhkan dalam gereja, sebagai penghidup suasana dan menjadi
penyemangat jemaat. Maka dari itu, pemuda harus menyadari pentingnya peran
mereka dalam dan bagi jemaat, namun semua itu bukan untuk sarana memegahkan
diri, namun supaya nama Tuhan dipermuliakan semua orang.
Komentar
Posting Komentar