etika kepemimpinan dalam penyelesaian konflik organisasi

“Etika Kepemimpinan Dalam Penyelesaian Konflik Organisasi”


Oleh:
Eldi Sulu
3020154369

SEKOLAH TINGGI
AGAMA KRISTEN NEGRI
(STAKN) TORAJA
2017




BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKAN
Didalam organisasi tidak terlepas dari yang namanya konflik dan permasalahan. Konflik dan masalah bisa muncul dari mana saja, bisa dari luar organisasi, dari anggota organisasi bahkan dari pemimpinya sendiri. Hal seperti ini justru sangat dibutuhkan dalam organisasi sebagai koreksi dan pembelajaran bagi semua anggota organisasi tersebut, bahkan teori kepemimpinan organisasi menyebutkan bahwa organisasi yang baik adalah organisasi yang mempunyai masalah dan konflik.
Namun dalam organisasi sendiri malahan konflik sangat dihindari karena hanya akan menyebabkan perpecahan dan kehancuran bagi organisasi tersebut. Hal ini dikarenakan pemimpin salah bahkan tidak bisa mengambil keputusan yang tepat untuk menyelasaikan persoalan yang terjadi dalam organisasi. Pengambilan keputusan tidak bisa lepas dari yang namanya etika dan beberapa pertimbangan-pertimbangan lain yang dibutuhkan. Maka dari sangat dibutuhkan etika dalam berorganisasi agar menjadi salahsatu pertimbangan didalam mengambil keputusan.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa etika kepemimpinan kristen dalam organisasi?
2.      Bagaimana penanganan konflik dalam organisasi?
3.      Apa yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan?
C.     TUJUAN PENULISAN
1.      Mengetahui etika kepemimpinan dalam organisasi.
2.      Mengetahui cara penanganan konflik dalam organisasi .
3.      Mengetahui apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Etika Kepemimpinan dalam Organisasi
Didalam kepemimpinan keluhan, permasalahan dan konflik sering ditemukan, untuk itu sudah seharusnya seorang pemimpin belajar mengerti tentang etika kepemimpinan. Seorang pemimpin harus mampun memisahkan mana yang bersifat pribadi dan mana yang bersifat jabatan (pemimpin).
 Menurut Wursanto dalam buku yang ditulis oleh DR. Daniel Ronda Leadership Wisdom, etika jabatan adalah norma-norma nilai-nilai , kaidah-kaidah, atau ukuran-ukuran yang diterima dan ditaati oleh oleh setiap orang dalam organisasi, yang berupa peraturan-peraturan atau hal-hal yang udah metupakan kebiasaan positif yang dianggap bahwa setiap orang sudah mengetahui dan dianggap bahwa setiap orang sudah mengetahui serta melaksanakannya. Jadi, dasar bertindak dalam kepemimpinan itu adalah bahwa seorang pemimpin harus bisa melepaskan unsur pribadi dan menekankan peofesionalitas dengan mengikuti pedoman yang sudah diatur.
Ada dua hal yang perlu diparhatikan dalm etika jabatan yaitu sebagai berikut:
1.      Motifasi seorang pemimpin
Etika pemimpin harus dimulai dari motifasinya. Dalam hal itu seorang pemimpin perlu memeriksa motifnya dalam memimpin atau melayani dan ketika ia diberikan suati posisi dalam organisasi. Etika jabatan itu hanya akan berguna jika motif dalam memimpin itu benar. Berikut adalah beberapa sikap yang perlu diperhatikan dalam motifasi pemimpin dalam organisasi.
a.       Pemimpin harus berhati-hati terhadap kesombongan. Itu adalah godaan terbesar dalam kepemimpinan, yaitu  tergoda menyaombongkan diri dan prestasinya.
b.      Pemimpin harus memeriksa motifasinya terhadap uang. Uang menjadi salahsatu penyebab utama seorang pemimpin bisa melupakan etika jabatan serta sumpah yang sudah dikatakannya pada waktu dilantik sebagai pemimpin.
c.       Pemimpin patut berhati-hati dengan kebutuhan-kebutuhan emosi pribadinya. Didalam memimpin, seseorang patut memeriksa kebutuhan psikologis itu.

2.      Otoritas seorang pemimpin
Hal kedua yang perlu diperhatikan dalam etika jabatan adalah memahami otoritas/kuasa san kerja dari otoritas itu, setiap pemimpin memerlukan suatu otoritas dalam memimpin karena tanpa otoritas, kepemimpinan tidak akan berjalan dengan baik. Otoritas adalah kuasa yang benar ketika seorang ketika seorang yang memimpin memiliki hak untuk memerintah. Namun hak itu bukan berada pada seorang pemimpin, melainkan berada pada yang memberikan otoritas itu.
Berbicara tentang kepemimpinan, pemimpin dalam memimpin patut mengakui dan menyadari untuk memelihara etika dalam jabatan. Kunci utamanya adalah harus memeriksa motifasi dirinya sebagai seorang pemimpin dan memahami bagaiman otoritas itu diperoleh. Tanpa itu, etika hanya menjadi norma hukum yang legalistik yang justru organisasi yang dipipimnya tidak bertumbuh.
B.     Penanganan Konflik dalam Organisasi
Dalam kehidupan berorganisasi, ketegangan dan konflik tiak mungkin dihindari. Ketegangan itu diarahkan menuju kebaikan, tetapi juga dapat dibiarkan menjadi destruktif. Maka kecakapan untuk menangani, mengelola dan mengatasi ketegangan merupakan hal yang perlu dikuasai oleh setiap pemimpimpin.
            Berhadapan dengan konflik kita kerap merasa sayang bahwa konflik itu terjadi, diharapkan  lekas tersingkir, atau selesai dengan cepat. Konflik sering bersifat merusak yaitu mengacaukan suasana, mengganggu atau memutuskan hubungan antar anggota dan menghalangi tercapainya tujuan. Tapi konflik tidak selamanya merusak. Pandangan bahwa segala konflik sebagai hal yang yang perlu dihindarai, merupakan sikap yang tidak sehat. Sebab ketakutan terhadap ketgangan itu membuat pemimpin tidak mampu lagi melihat manfaat perbedaan pendapat, nilai bekerja lewat benturan pendapat untuk sampai pada keputusan atau pemecahan masalah ssecara kreatif yang justru dicapai karena konflik. Perbedaan bila dikelolah dengan baik dapat menambah energi organisasi untuk menyelesaikan maslah, meningkatkan kreatifita kelompok, membuat kemampuan infentitif angot menjadi lebih tinggi dan mendorongnya memecahakan masalah secara efektif. Idiealnya kelompok mempunyai perbedaan yang cukup sehingga hasil kerja kelompok akan lebih banyak, lebih kreatif dan inofatif daripada hasil kerja perorangan. Seni untuk itu adalah mengelolah perbedaan dan konflik yang muncul dari perbedaan itu.

C.    Hal-hal yang Perlu Dipertimbangkan dalam Pengambilan Keputusan
Kadang-kadang pemimpin tertipu dalam berfikir sampai-sampai pemimpin berpendapat bahwa selalu tersedia pemechan yang universal dan paling baik utuk masalah. Oleh pemikiran yang keliru itu dalam menghasapi suatu masalah, pemimpin terbawa oleh godaan untuk mengumpulkan data dan fakta mempertimbangkan, lalu mengambil keputusan. Pemimpin kemudian berfikir bahwa hanya ada satu pemecahan yang jitu yang harus diambil untuk penyelesaian masalah itu. Cara berpikir sna membuat keputusan itu bik untuk keputusan yang tidak melibatkan orang lain. Tetapi tidak jalan didunia biasa diana keputusan itu melibatkan orang, yang menghrapkan dihargai sumbanganya. Perasaan, sikap dan pendapat orang-orang yang terlibat it menambah unsur lain pada keputusan yang diambil.
1.      Unsur pertama yang ada dalam keputusan yang diambil sengan melibatkan orang adalah mutunya. Artinya apakah keputusan itu secara objektif merupakan keputusan yang baik atau buruk dalam rangka mencapai tujuan.
2.      Unsur kedua adalah penerimaan keputusan itu menyangkut tingkat kesediaan orang-orang yang terlibat untuk melaksanakan keputusan itu. Mutu menuntut kebijaksanaan, buah dari ketajaman berfikir dan ilmu pengetahuan yang dikuasai. Penerimaan menuntut kepuasan, buah keterlibatan dalam pengambilan keputusan.
Tidak semua masalah sama sifatnya. Oleh karena itu keputusan untuk penyelesaian masalah juga tidak sama jenisnya. Jika menyangkut masalah hidup dan mati serta harus diambil dengan cepat, tidak tepat jika keputusan semacam itu dibuat bersama dengan diskusi pajang lebar. Juga keputusan dalam kegitan pribadi, yang tidak mengganggu orang lain dan dapat diselesaikan sendiri tidak perlu kita buat dengan mempertimbangkan penerimaan orang lain. Jadi dalam hal-hal tertentu dan pada saat-saat tertentu, pemimpin bebas untuk membuat keputusan tanpa memperhitungkan peneriman orang lain.
     Namun dalam kegiatan bersama dalam organisasi, unsur penerimaan itu penting. Untuk keputusan yang efektif, yang diharapkan agar dilaksanakan dan menghasilkan sesuatu, penerimaan lebih penting dari mutu. Ini berarti keputusan yang dibuat tidak selalu merupakan keputusan yang terbaik. Tetapi keputusan seperti itu tidak selalu tidak efektif. Sebab oleh berbagai alasan orang hanya bersedia menerima keputusan yang dibawah mutu ideal itu.



DAFTAR PUSTAKA
Keating, charles j. 2010. Kepemimpinan “Teori Dan Pengembangannya”. Jakarta: Penerbit Kanisius.

Ronda, Daniel. 2015. Leadership Wisdom. Bandung: Kalam Hidup. 

Komentar

Postingan Populer